Sabtu, 22 Desember 2012

Mukmin Yang Kuat Lebih Dicintai Allah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap mukmin itu mempunyai tingkat imannya yang tertentu di mana ada yang kuat semangatnya, ilmunya dan kuat pula berusaha untuk mendapatkan kebaikan dalam hidup, dan ada pula sebaliknya. Akan tetapi, yang lebih dicintai Allah adalah yang kuat. Selain itu sebagai orang yang beriman juga sepatutnya untuk berbuat kasih sayang terhadap sesama, sesuai dengan yang telah dianjurkan oleh Nabi dalam hadits-haditsnya. Untuk itu, kami akan menjelaskannya dalam makalah ini. Semoga bermanfaat. B. Rumusan Masalah 1. Apa penjelasan dari hadits tentang orang yang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah ? 2. Apa penjelasan dari hadist tentang kasih sayang ? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui tentang penjelasan dari hadits tentang orang yang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah 2. Untuk mengetahui tentang penjelasan dari hadist tentang kasih sayang BAB II PEMBAHASAN PENDIDIKAN TENTANG KEJIWAAN A. Hadits tentang orang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah Nikmat agama merupakan karunia terbesar dari Allah kepada hamba-Nya. Tidak diberikan kecuali kepada siapa yang dicintai oleh-Nya. Berbeda dengan dunia, diberikan kepada siapa yang mendapat cinta Allah dan murka-Nya. Karena dunia bukan ukuran baik atau buruknya seseorang di sisi Allah Ta'ala. Bentuk nikmat agama adalah iman kepada Allah Ta'ala. Diberikan kepada hamba-Nya laksana rizki. Satu dan yang lainnya berbeda. Ada yang banyak dan ada yang sedikit. Yang lebih banyak mendapat karunia ini lebih baik daripada yang lebih sedikit. Siapa yang kuat imannya ia lebih baik dan lebih dicintai oleh Rabb-nya daripada yang lemah. Namun, yang lemah tidak boleh diremehkan karena ia masih memiliki iman. Karena selama manusia masih memiliki iman ia berada dalam lingkup kebaikan. Bertambahnya iman harus diusahan, yakni dengan menjalankan ketaatan. Sebaliknya lemahnya iman harus dihindarkan, yakni dengan meninggalkan kemaksiatan. Karena iman bisa bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan sehingga ia akan kuat. Berkurang dengan sebab kemaksiatan sehingga ia melemah. Sedangkan iman menjadi ukuran seseorang mulia atau tercela. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ Artinya: "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Semangatlah meraih apa yang manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan, "Seandainya aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain." Akan tetapi katakanlah, "Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia Perbuat." Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan." (HR. Muslim) Maksud mukmin kuat dalam hadits di atas adalah kuat imannya, bukan semata kuat fisik atau materi. Karena kuatnya fisik dan materi akan membahayakan diri jika digunakan untuk kemaksiatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pada dasarnya, kuatnya fisik dan materi bukan sebagai pijakan mulia atau tercela. Hanya saja, jika keduanya digunakan untuk kemanfaatan di dunia dan akhirat, ia menjadi terpuji. Sebaliknya, jika digunakan untuk kemaksiatan terhadap Allah, ia menjadi tercela. Allah berfirman dalam Al-qur’an Surat Al-Anfaal ayat 60 :   •         •  •                      Artinya : “dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” Kuat dalam hadits di atas mencakup kuat fisik, jiwa, dan materi. Kemudian semua itu diikat dengan iman kepada Allah Ta'ala, ridha dan menerima qadha' dan qadar. Sehingga mukmin yang kuat dalam hadits di atas, adalah mukmin yang kuat tekad dan semangatnya –khususnya dalam urusan akhirat- sehingga ia lebih banyak maju melawan musuh dalam jihad, lebih semangat keluar dan pergi menyambut jihad, lebih semangat dalam melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar, dan bersabar atas ujian di dalamnya. Kuatnya di sini mencakup kuatnya kerinduan terhadap Allah Ta'ala dan menjalankan tuntutannya berupa shalat, puasa, zikir, infak, shadaqah, dan ibadah-ibadah lainnya; lebih aktif mencari dan menjaganya. Sedangkan makna mukmin lemah adalah kebalikan dari semua ini. Namun tidak boleh diremehkan, sebab ia masih dalam lingkup baik karena masih ada iman dalam dirinya. Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan setiap mukmin, baik yang kuat maupun yang lemah, untuk bersemangat dalam mencari apa yang manfaat untuk dirinya dari urusan dunia dan akhiratnya. Namun tidak boleh lupa terhadap kuasa Allah dengan senantiasa meminta pertolongan kepada-Nya dalam menjalankan usaha tersebut. Bagi seorang muslim jika melihat suatu pekerjaan yang mendatangkan manfaat dan guna untuk dirinya, hendaknya ia semangat mengerjakannya dan ber-isti'anah kepada Allah agar dikuatkan dan dimudahkan, lalu komitmen dan konsisten menyelesaikan pekerjaannya. Jika demikian berarti ia mengikuti wasiat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam hadits ini sehingga ia terkategori sebagai mukmin yang kuat. Di samping manfaat dan mashlahat yang dibutuhkannya diperoleh, ia juga mendapatkan pahala dalam kesungguhannya tersebut. B. Hadits tentang kasih sayang Sifat kasih sayang adalah termasuk dalam keutamaan akhlak Nabi Muhammad SAW. Oleh karena tingginya nilai dan perasaan kasih sayang yang dimiliki Rasulullah, maka beliau tidak mau mendoakan kebinasaan kepada musuh walaupun musuh melakukan kejahatan terhadapnya seperti yang berlaku dalam peristiwa Thaif, dimana beliau dilempari dengan batu. Beliau terpaksa meninggalkan tempat tersebut setelah dakwahnya ditentang keras oleh kabilah Tsaqib. Ketika Rasulullah meninggalkan tempat tersebut lalu seorang lelaki memohon kepada beliau agar berdoa untuk kebinasaan mereka. Namun, baginda yang memiliki sifat kasih sayang tidak berbuat demikian. Sebaliknya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memohon agar Allah memberikan petunjuk kepada kabilah itu. Hadits Nabi diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Al-Baihaqi : الْمُؤْمِنُ آلِفٌ مَأْلُوْفٌ ، وَلاَ خَيْرَ فِيْ مَنْ لاَ يَأْلِفُ ، وَخيْرُ النَّاسِ أَنْفَعَهُمْ لِلنَّاسِ Artinya : “Orang mu’min itu menyayangi dan di sayangi, dan tidak ada kebaikan bagi manusia yang tidak saling menyayangi dan sebaik-baik manusia adalah yang lebih bermanfaat bagi manusia yang lain.” Sifat kasih sayang merupakan sifat Allah SWT. Sifat ini terkandung dalam beberapa asma’ atau nama-nama Allah seperti Al-Rahman (Maha Pemurah), Al-Rahim (Maha Pengasih), Al-Salam, Al-Muhaiminin (Maha memelihara), Al-Ghaffar (Maha Pengampun) dan Al-Wahab (Maha Pemberi). Seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 143 : .....    ••    Artinya : “Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” Di sini kita ingin menggambarkan tentang kasih sayang, yaitu satu aspek daripada akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat perlu untuk manusia. Setidak-tidaknya untuk keselamatan kita di dunia dan akhirat. Kasih sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap manusia tidak ada tandingannya. Mari kita lihat bukti bagaimana dan betapa kasih sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melalui dua sudut. Jika kita membaca Al-Quran dan meneliti Hadits Rasulullah, maka kita akan dapati bahwa Rasulullah itu sangat pengasih sekalipun kepada anak kecil ataupun binatang. Di antara ayat Al-Quran yang menunjukkan betapa tingginya rasa kasih Rasulullah adalah surat At Taubah ayat 128 :                Artinya : "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS. At Taubah : 128). Dalam ayat yang lain Allah SWT. telah berfirman dalam surat Ali Imron ayat 159 :                               •     Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran : 159). Individu akan hilang keseimbangan diri apabila nilai kasih sayang tidak wujud dalam dirinya. Mereka yang gersang hatinya dari nilai kasih sayang sesama manusia biasanya gagal menggunakan akal dan hati yang dikurniakan Allah kepadanya. Kalbu kemanusiaannya mungkin terkunci rapat menyebabkan ia mudah melakukan kekerasan, kekejian, penganiayaan dan kedzaliman atas orang lain. Jika dia seorang suami atau bapak yang tandus akan nilai kasih sayang maka ia akan cenderung melakukan kekerasan pada isteri dan anak-anaknya. Jika seorang majikan atau ketua jabatan yang tidak ada belas ihsan dan kasih sayang kepada pekerjanya atau bawahannya maka ia akan mendzalimi atau menganiaya pekerja bawahannya. Jika dia seorang pemerintah yang kering perasaan kasih sayangnya maka dia akan berlaku dzalim kepada rakyatnya. Hakikatnya, kita disuruh mengamalkan dan menyuburkan nilai kasih sayang sesama manusia, meski kepada hewan sekalipun. Rasulullah SAW. ketika melihat seekor himar yang telah diberi tanda pada mukanya dengan besi panas telah menentang perbuatan pemilik hewan itu. Beliau bersabda: “Allah SWT. melaknat orang yang menyiksa hewan dengan memotong atau mencap anggota badannya”. Rasulullah juga pernah berpesan dengan pesanan ‘taqwa’ supaya berlaku baik kepada binatang seperti maksud hadits: “Bertakwalah kamu kepada Allah di dalam memperlakukan binatang, menjadikannya sebagai kendaraan dan sembelihlah ia dengan cara yang baik”. Ada beberapa kisah tentang kasih sayang Rasulullah SAW. Yang menunjukkan bahwa betapa mulya dan tingginya sifat kasih sayang beliau, diantaranya adalah : 1. Rasulullah SAW selalu berpakaian sederhana. Beliau kadang memakai jubah buatan Najran yang kasar kainnya. Suatu ketika pernah seorang Arab Badwi menarik jubah Rasulullah dengan kasar, sehingga berbekas pada leher beliau. Tetapi Rasulullah tidak marah, bahkan beliau menghadiahkan jubah itu kepada Arab Badwi tersebut. 2. Ada seorang wanita tua selalu menyakiti Rasulullah dengan meletakkan duri, najis dan lain-lain di jalan yang selalu dilalui oleh Rasulullah. Namun Rasulullah tidak pernah membalas. Pada suatu ketika wanita itu sedang sakit, dan Rasulullah datang menjenguk wanita itu dan menunjukkan kasih sayang terhadapnya. Wanita tua itu terharu atas kebaikan Rasulullah, lantas kemudian memutuskan untuk memeluk Islam di tangan baginda Rasulullah SAW. 3. Rasulullah pernah dilihat oleh para sahabatnya mencium anak kecil, lantas seorang sahabat menegurnya, “Engkau mencium anak kecil, ya Rasulullah?” karena disangkanya Rasulullah tidak pernah mencium anak kecil. Beliau mengiyakan lantas bersabda, “Barang siapa tidak mengasihi, dia tidak akan dikasihi.” 4. Rasulullah sangat mengasihi sahabat-sahabatnya. Jika seorang sahabat sudah dua atau tiga hari tidak kelihatan, beliau akan bertanya, “Ke mana si fulan tidak kelihatan?”. Kalau dikatakan bahwa sahabat sedang sakit, maka Rasulullah akan datang ke rumahnya untuk menjenguknya dan menghiburnya dengan doa dan pesan kesabaran. 5. Jika ada orang yang meminta tolong pada Rasulullah SAW, maka beliau akan memenuhinya. Walaupun kadang-kadang baju yang dipakainya diberikan kepada orang yang membutuhkannya. Bahkan beliau pernah berhutang dengan atas nama beliau sendiri demi memenuhi permohonan orang yang membutuhkan kepada beliau. Rasulullah SAW. bersabda: “Barang siapa yang menunaikan satu hajat saudaranya, maka Allah akan menunaikan 70 hajatnya.” 6. Pernah suatu ketika seorang Arab Badwi kencing di satu sudut dalam Masjid Nabi. Ada di antara para sahabat radhiyallahu ‘anhu marah karena menunjukkan sikap tidak beradab di dalam masjid. Tetapi Rasulullah SAW. tetap tenang dan berkata, “Biarkan dia menyelesaikan hajatnya…”. Setelah lelaki tersebut selesai, Rasulullah SAW. sendiri membasuh najis itu dan kemudiannya barulah memberitahu Arab Badwi tersebut tentang adab-adab di dalam masjid. 7. Ketika Rasulullah SAW. berdakwah dengan anak angkatnya Zaid bin Harisah r.a. di Thaif, beliau dilempari dengan batu oleh pemuda-pemuda yang disuruh berbuat begitu oleh tokoh-tokoh penduduk kota tersebut. Akibatnya, lutut Rasululah SAW. berdarah. Melihat penganiayaan itu, malaikat sangat marah sehingga menawarkan untuk menghancurkan penduduk Thaif dengan membalikkan bukit-bukit sekitar daerah itu, sehingga penduduk Tha’if akan mati semua. Tetapi Rasulullah SAW. menolaknya dan berkata, “Jangan, mereka tidak tahu kalau saya ini rasul-Nya”. Malaikat menjawab : “Tuan benar”. Setelah itu beliau terus berdoa untuk penduduk Thaif : “Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka tidak mengetahui”. 8. Pernah seorang sahabat radhiyallahu ‘anhu duduk secara menghimpit paha dengan paha Rasulullah SAW. Beliau membiarkan saja untuk menjaga hati sahabat tersebut supaya tidak menganggap bahwa Rasulullah tidak sudi duduk bersamanya. 9. Sewaktu hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW. dikejar dengan kuda oleh seorang bernama Suraqah yang bercita-cita merebut hadiah yang ditawarkan oleh kafir Quraisy Makkah jika berhasil membunuh Rasulullah SAW. Na’udzubillah. Setiap kali kuda Suraqah mendekati Rasulullah, setiap kali itulah kudanya tersungkur jatuh. Rasulullah tidak bertindak apa-apa dan bahkan Rasulullah memaafkannya. Akhirnya Suraqah menyerah dan berjanji tidak akan berencana membunuh Rasulullah lagi. Itulah kisah-kisah keteladanan Rasulullah yang menunjukkan betapa tingginya sifat kasih sayang beliau. Nilai kasih sayang adalah karunia Allah yang harus diusahakan sepanjang masa dan sepanjang zaman. Ia adalah sebagian daripada unsur yang sangat penting untuk membina masyarakat penyayang dan bermoral. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Makalah ini mengajak kepada pembaca untuk terus meninggkatkan kualitas dan kuantitas iman. Mengajak untuk menjadi hamba Allah yang kuat imannya. Yakni dengan menguatkan semangat dalam menggapai kemanfaatan duniawi dan ukhrawi, disertai isti'anah kepada Allah semata. Terus semangat, konsisten dan komitmen dalam usahanya, dan tidak melemah. Jika terjadi sesuatu yang tak sesuai harapan, ia tidak lantas ambruk dan kapok. Tidak pula mengandai-andai, jika tadi melakukan ini pasti terjadi sesuatu yang lain. Karena mengandai-andai semacam ini akan membuka pintu syetan, yakni akan menyebabkan cacian terhadap takdir, marah kepada keputusan Allah, lemah semangat, was-was, merana dan sedih. Tetapi hendaknya ia terus menjaga semangat dan keyakinanya kepada Allah dengan mengatakan, Qaddarallahu Wamaa Syaa-a Fa'ala (Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia Perbuat). B. Saran Sebagai masyarakat yang beragama, marilah kita sama-sama menyuburkan dan mengamalkan sifat kasih sayang. Hentikanlah segala bentuk kedzaliman, kekerasan, kemarahan dan penganiayaan sesama manusia karena ia bisa mengundang kemurkaan Allah subhanahu wa ta’ala. Alhamdulillah atas izin Allah SWT. akhirnya makalah ini dapat terselasaikan. Demi kesempurnaan pada makalah selanjutnya, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan lebih lanjut. Daftar Pustaka Abu al-Qasim, Sulaiman Ibn Ahmad al-Tabrani. 1415 H. Al-Mu’jam al-Ausat- juz 6. Kairo: Dar al-Haramain Muslim Ibn al-Hajjaj, Abu al-Husain al-Qusyairi al-NaIsaburi. T. Th. Sahih Muslim-juz 4. Beirut : Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi http://m.voa-islam.com/news/aqidah/2012/04/17/18685/mukmin-kuatlebih-baik-dan-lebih-dicintai-allah/diakses:26-10-2012/14:59 http://imandanamalshaleh.blogspot.com/2012/09/59-sifat-kasih-sayang-rasulullah-1.html/diakses:28-11-2012/09:26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar