Sabtu, 22 Desember 2012

Pembelajaran Active Learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama ini proses pembelajaran lebih sering diartikan sebagai pengajar menjelaskan materi kuliah dan mahasiswa mendengarkan secara pasif. Namun telah banyak ditemukan bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat jika para mahasiswa peserta proses pembelajaranmemperoleh kesempatan yang luas untuk bertanya, berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan baru yang diperoleh. Dengan cara ini diketahui pula bahwa pengetahuan baru tersebut cenderung untuk dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik. Untuk lebih jelasnya kami akan menjelaskannya dalam makalah ini semoga bermanfaat. B. Rumusan Masalah 1. Apa konsep dasar pembelajaran active learning ? 2. Apa alasan pembelajaran active learning ? 3. Bagaimana strategi pembelajaran active learning ? 4. Bagaimana implementasi pembelajaran active learning ? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui konsep dasar pembelajaran active learning 2. Untuk mengetahui alasan pembelajaran active learning 3. Untuk mengetahui strategi pembelajaran active learning 4. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran active learning BAB II PEMBAHASAN PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING A. Konsep Pembelajaran “Active Learning” Pembelajaran “active learning” pada dasarnya bukan sebuah ide yang baru sama sekali. Gagasan pembelajaran “active learning” telah ada sejak masa Socrates dan merupakan salah satu penekanan utama di antara para pendidik progresif seperti John Dewey yang memandang bahwa secara alami belajar merupakan proses yang aktif. Secara pedagogis pembelajaran belajar aktif (active learning) adalah proses pembelajaran yang tidak hanya didasarkan pada proses mendengarkan dan mencatat. Menurut Bonwell dan Eison (1991) pembelajaran “belajar aktif” adalah aktivitas intruksional yang melibatkan mahasiswa dalam melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang mereka/mahasiswa lakukan (instructional activities involving students in doing things and thinking about what they are doing). Menurut Simons (1997) pembelajaran “belajar aktif” memiliki dua dimensi, yaitu pembelajaran mandiri (independent learning) dan bekerja secara aktif (active working). Independent learning merujuk pada keterlibatan mahasiswa pada pembuatan keputusan tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan. Active working merujuk pada situasi dimana pembelajar/mahasiswa ditantang untuk menggunakan kemampuan mentalnya saat melakukan pembelajaran. Meyers and Jones (1993) menyatakan bahwa “active learning derives from two basic assumptions: (1) that learning is by its very nature an active process and (2) that different people learn in different ways." Dengan kata lain, bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah pencarian secara aktif pengetahuan dan setiap orang belajar dengan cara yang berbeda. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran aktif pada prinsipnya merupakan model pembelajaran yang sangat menekankan aktifitas dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, peran pendidik dalam model pembelajaran ini tidak dominan menguasai proses pembelajaran, melainkan lebih berperan untuk memberikan kemudahan (fasilitator) dengan merangsang peserta didik untuk selalu aktif dalam segi fisik, mental, emosional, sosial, dan sebagainya. Pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan materi pembelajaran yang sedang dipelajarinya. Pendidik bukan menyampaikan materi pembelajaran, tetapi bagaimana menciptakan kondisi agar terjadi proses belajar pada peserta didik sehingga dapat mempelajari materi pembelajaran sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran aktif peserta didik menjadi lebih aktif, karena peserta didik berperan sebagai subyek belajar di kelas, yang aktif mempelajari materi pembelajaran, aktif mengemukakan pendapat, tanya jawab, mengembangkan pengetahuannya, memecahkan masalah, diskusi, dan menarik kesimpulan. Karena manusia itu aktif, maka pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk aktif melakukan kegiatan sendiri. Peserta didik diberi kesempatan untuk menentukan apa yang akan dipelajari dan mengembangkan kemampuan yang sudah dimilikinya. Materi pembelajaran yang harus dipelajari peserta didik, tidak harus selalu ditentukan terlebih dahulu oleh pendidik. Materi pembelajaran ditentukan bersama-sama dengan peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian, peserta didik akan belajar secara aktif, karena merasa membutuhkannya. Keaktifan peserta didik ini dikelompokkan menjadi beberapa aspek, antara lain yaitu: (1) Aktif secara jasmani seperti penginderaan, yaitu mendengar, melihat, mencium, merasa, dan meraba atau melakukan ketrampilan jasmaniah (2) Aktif berpikir melalui tanya jawab, mengolah dan mengemukakan ide, berpikir logis, sistematis, dan sebagainya (3) Aktif secara sosial seperti aktif berinteraksi atau bekerjasama dengan orang lain. Menurut teori pembelajaran belajar aktif, pengetahuan peserta didik terbentuk melalui proses persepsi dan tanggapan terhadap informasi yang diterimanya melalui penginderaan. Oleh karena itu, pembelajaran dengan melibatkan penginderaan yang lebih banyak akan memungkinkan tingkat keberhasilan belajar peserta didik pada level yang lebih tinggi. B. Alasan menggunakan Active Learning Beberapa alasan menggunakan Active Learning adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik peserta didik Rasa ingin tahu yang merupakan modal dasar bagi perkembangan sikap kritis. Imajinasi yang merupakan modal berpikir dan berperilaku kreatif. 2. Hakikat belajar Belajar adalah proses menemukan dan membangun makna/pengertian oleh si pembelajarterhadap informasi dan pengalaman yang disaring melalui persepsi, pikiran dan perasaan si pembelajar. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru, melainkan pengetahuan dibangun sendiri oleh si pembelajar. 3. Karakteristik lulusan yang dikehendaki Agar mampu bertahan dan berhasil dalam hidup, lulusan yang diinginkan adalah generasi yang : • Peka (berarti berpikir tajam, kritis dan tanggap terhadap pikiran dan perasaan orang lain) • Mandiri (berarti berani dan mampu bertindak tanpa selalu bergantung pada orang lain • Bertanggung jawab ( berarti siap menerima akibat dari keputusan dan tindakan yang diambil C. Strategi Pembelajaran Aktif a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Menurut Rosyada pembelajaran aktif adalah ”belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis”. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian siswa berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio menunjukkan bahwa ”siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir”. Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan siswa di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Confucius : • Apa yang saya dengar, saya lupa • Apa yang saya lihat, saya ingat • Apa yang saya lakukan, saya paham Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Mel Silberman memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu: • Apa yang saya dengar, saya lupa • Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit • Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham • Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan • Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai Strategi merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau cara. Di dalam kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut di atas sering digunakan secara bergantian. Menurut Udin S. Winataputra & Tita Rosita istilah strategi secara harfiah adalah akal atau siasat. Sedangkan strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk membawa siswa dalam suasana tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya. Sedangkan pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Di sisi lain, menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif. Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas perlu disusun ulang untuk menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan kondisi belajar siswa. Namun begitu di tidak ada satu susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi yang disarankan sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional, auditorium. Sejalan dengan pendapat tersebut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman menyatakan penggunaan meja, kursi dan papan tulis berroda lebih memungkinkan berlangsungnya proses interaksi belajar dan membelajarkan yang bergairah. Aktifitas siswa belajar di kelas terwujud bila terjadi interaksi antar warga kelas. Boakes menyatakan bahwa di dalam interaksi ada aktifitas yang bersifat resiprokal (timbal balik) dan berdasarkan atas kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada pengungkapan perasaan, dan ada hubungan untuk tukar-menukar pengetahuan yang didasarkan take and give, yang semuanya dinyatakan dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Lebih lanjut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman menyatakan hubungan timbal balik antar warga kelas yang harmonis dapat merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar. Dengan demikian, upaya mengaktifkan siswa belajar dapat dilakukan dengan mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis antar warga di dalam kelas. Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas melihat dan merasakan bahwa kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi kebutuhannya. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali hal-hal baru. Dari pembahasan di atas, tip – tip dibawah ini dapat digunakan guru untuk mengarah pada strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar : 1) Selalu berpenampilan menarik dan penuh wibawa Kesan pertama siswa saat bertemu gurunya adalah fisik dari guru tersebut. Dengan penampilan yang menarik dan penuh wibawa akan membuat kesan yang positif dari siswa, sehingga dengan mudah guru akan dapat membawa siswa kedalam suasana belajar yang guru inginkan. 2) Manfaatkan pertemuan pertama dengan siswa untuk perkenalan antar warga kelas Tunjukkan cara-cara belajar yang baik, buatlah kesepakatan (kontrak) terkait norma-norma yang harus dipatuhi oleh warga kelas. 3) Buatlah formasi Tata letak meja, kursi, pajangan dinding, dan perabot kelas yang lain sesuai dengan kesepakatan warga kelas dan kebutuhan. 4) Siapkan semua peralatan yang akan digunakan di dalam ruang kelas sebelum memulai pembelajaran 5) Mulailah proses belajar mengajar dengan materi yang ringan dan menantang Tetapi menantang yang dapat merangsang siswa turut aktif berfikir. Kemudian masuk pada materi yang akan kita ajarkan dengan senantiasa melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Misalkan senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang kita ajarkan agar siswa lebih mudah memahami materi yang kita berikan. 6) Selalu memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu serta dengan salam yang menghangatkan, yaitu salam penuh kasih dan hormat 7) Gunakan bahasa yang santun, hormat, dan dengan nada bicara yang lembut 8) Memahami dan menghormati berbagai perbedaan yang ada 9) Menghormati kerahasiaan setiap siswa 10) Tidak merendahkan dan mencemooh siswa 11) Memberi kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk bicara dan jangan mengintrupsi pembicaraan siswa 12) Bila seorang siswa mengemukakan pendapat, jadilah pendengar yang baik dan selanjutnya berikan kesempatan kepada siswa lain untuk memahaminya dan memberikan komentarnya 13) Memahami dan menghormati pendapat setiap siswa, bila perlu melancarkan kritik: gunakan bahasa yang mengayomi, dan bila kritik bersifat pribadi seyogyanya dilakukan di ruang khusus 14) Sekali waktu, berilah kesempatan kepada siswa untuk memberikan saran atau kritik guna perbaikan proses pembelajaran 15) Sediakan waktu untuk berkomunikasi dengan siswa di luar kelas Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu : No. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Active Learning 1 berpusat pada guru berpusat pada siswa 2 kurang menyenangkan sangat menyenangkan 3 kurang memberdayakan semua indera dan potensi siswa membemberdayakan semua indera dan potensi siswa 4 menggunakan metode yang monoton menggunakan banyak metode 5 kurang banyak media yang digunakan menggunakan banyak media 6 tidak perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas. Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar siswa tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi, atau bersama-sama dengan anggota kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat siswa menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata menggunakan teknik active learning (belajar aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa. D. Implementasi “Active Learning” Berdasarkan tinjauan tentang konsep pembelajaran belajar aktif di depan, maka dalam implementasi pembelajaran disini akan difokuskan pada sebuah alternatif prosedur pembelajaran yang diharapkan akan dapat mendorong agar setiap mahasiswa secara aktif terlibat dalam setiap penyelesaian tugas kelompok dan selalu aktif untuk mendengarkan, mencatat inti materi perkuliahan, menyimak dan mengkonsep ulang atau merefleksikan setiap materi yang sedang disajikan dan dibahas dalam proses pembelajaran di kelas. Sebuah alternatif prosedur pembelajaran yang juga diharapkan mampu mengkondisikan agar setiap mahasiswa selalu siap setiap saat untuk mempresentasikan ulang dengan kata-kata sendiri materi yang telah dibahas dan didiskusikan. Adapun Alternatif prosedur pembelajaran ”belajar aktif” untuk meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran di kelas dapat dikembangkan ke dalam 8 tahap, sebagai berikut : (1) Orientasi Dosen mendeskripsikan ruang lingkup materi, mengemukakan tujuan, menyampaikan prosedur pembelajaran, dan menyampaikan alternatif bahan sumber belajar. (2) Pembentukan kelompok Dosen mengidentifikasi karakteristik mahasiswa, menetapkan jumlah kelompok dan jumlah anggotanya, serta menetapkan dan menginformasikan keanggotaan kelompok. (3) Penugasan Dosen menyampaikan kisi-kisi materi dan memberikan tugas (pertanyaan) sesuai dengan topik dan indikator kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa; menugaskan setiap kelompok mahasiswa untuk mendiskusikan, mencari sumber guna menyelesaikan tugas (pertanyaan) yang diberikan sesuai dengan topik yang dibahas masing-masing kelompok dan menyusunnya dalam bentuk bahan presentasi. (4) Eksplorasi Mahasiswa bersama kelompoknya mencari bahan sumber, mendiskusikan dan menyelesaikan setiap tugas yang diberikan, mendukung dan membantu teman yang mengalami kesulitan. (5) Presentasi Materi dalam Kelas Dosen mengundi kelompok yang harus persentasi atau topik yang harus dipresentasikan, mengundi satu orang yang harus mewakili kelompok untuk presentasi, presentasi materi kelompok, menanyakan kepada seluruh mahasiswa tentang kejelasan inti materi yang telah dipresentasikan, memberi kesempatan pada anggota lain dari kelompok penyaji untuk memperjelas penyajian materi. (6) Pengecekan Pemahaman dan Pendalaman Materi Dosen menunjuk 2 - 4 orang secara acak di luar kelompok penyaji untuk mempresentasikan ulang materi sesuai pemahamannya dengan bergantian. Memonitor tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi, memberi kesempatan setiap mahasiswa untuk berpendapat atau bertanya kepada kelompok penyaji. (7) Refleksi dan Umpan Balik Dosen menjelaskan kembali beberapa pertanyaan yang belum terjawab dengan benar dan jelas oleh kelompok penyaji, memberikan rangkuman materi untuk mempertegas pemahaman mahasiswa, memberi kesempatan setiap mahasiswa untuk bertanya, menjawab dan menanggapi pertanyaan mahasiswa. (8) Evaluasi Formatif Dosen memberikan beberapa pertanyaan singkat untuk dikerjakan setiap mahasiswa dengan cepat secara tertulis. Untuk mendukung keberhasilan alternatif prosedur pembelajaran ”active learning” di atas dibutuhkan daya dukung media dan sumber belajar yang cukup memadahi. Media dan sumber belajar yang dapat digunakan misalnya laptop, LCD, jaringan internet di ruang kelas, dan berbagai buku sumber yang relevan dengan kurikulum atau topik-topik pembelajaran yang sedang dibahas. Sedang untuk sistem evaluasi dalam pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas mahasiswa ini dapat menggunakan evaluasi yang menekankan pada proses pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Untuk evaluasi proses dilihat dari keaktifan individu dalam kelompok dan kelas serta keberhasilan kelompok dalam menyamakan pemahaman/persepsi semua anggotanya. Sedang untuk evaluasi hasil dilihat dari kemampuan individu mahasiswa dalam mengerjakan semua soal dalam setiap evaluasi formatif ditambah dengan kemampuan individu mahasiswa dalam mengerjakan semua soal dalam evaluasi sumatif. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pembelajaran aktif pada prinsipnya merupakan model pembelajaran yang sangat menekankan aktifitas dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Beberapa alasan menggunakan Active Learning adalah sebagKarakteristik peserta didik, hakikat belajar dan karakteristik lulusan yang dikehendaki. Strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar diantaranya : 1. Selalu berpenampilan menarik dan penuh wibawa 2. Memanfaatkan pertemuan pertama dengan siswa untuk perkenalan antar warga kelas 3. Membuat formasi 4. Menyiapkan semua peralatan yang akan digunakan di dalam ruang kelas sebelum memulai pembelajaran 5. Memulai proses belajar mengajar dengan materi yang ringan dan menantang 6. Selalu memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu serta dengan salam yang menghangatkan, yaitu salam penuh kasih dan hormat 7. Menggunakan bahasa yang santun, hormat, dan dengan nada bicara yang lembut 8. Memahami dan menghormati berbagai perbedaan yang ada 9. Menghormati kerahasiaan setiap siswa 10. Tidak merendahkan dan mencemooh siswa 11. Memberi kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk bicara dan jangan mengintrupsi pembicaraan siswa 12. Bila seorang siswa mengemukakan pendapat, menjadi pendengar yang baik dan selanjutnya memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memahaminya dan memberikan komentarnya 13. Memahami dan menghormati pendapat setiap siswa, bila perlu melancarkan kritik, menggunakan bahasa yang mengayomi, dan bila kritik bersifat pribadi seyogyanya dilakukan di ruang khusus 14. Sekali waktu, memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan saran atau kritik guna perbaikan proses pembelajaran 15. Menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan siswa di luar kelas Implementasi Active Learning dapat dikembangkan menjadi 8 tahap yaitu : (1) Orientasi (2) Pembentukan kelompok (3) Penugasan (4) Eksplorasi (5) Presentasi Materi dalam Kelas (6) Pengecekan Pemahaman dan Pendalaman Materi (7) Refleksi dan Umpan Balik (8) Evaluasi Formatif B. Saran Alhamdulillah atas izin Allah SWT. akhirnya makalah ini dapat terselasaikan. Demi kesempurnaan pada makalah selanjutnya, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA http://edu-articles.com/strategi-pembelajaran-active-learning//2012/05/11/09:30 http://edweb.sdsu.edu/people/bdodge/Active/ActiveLearning.html/diakses:18-10-2012/14:25 http://tiascout.blogspot.com/2012/07/strategi-pembelajaran-aktif.html/diakses:18-10-2012/14:29 http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran.html/diakses:11-05-2012/09:00 Muhtadi, Ali. Makalah Implementasi Konsep Pembelajaran “Active Learning” Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Keaktifan Mahasiswa Dalam Perkuliahan.pdf Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta Silberman, Mel. 2004. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif (terjemahan Sarjuli et al.). Yogyakarta : Yappendis Walgito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset

Tidak ada komentar:

Posting Komentar