Sabtu, 22 Desember 2012
Pemakaian Tanda Baca
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembuatan Karya Ilmiah sangat diperlukan ketepatan dalam penempatan tanda baca agar apa yang dikehendaki Penulis dapat diterima dengan baik oleh Pembaca. Untuk itu, kita dituntut untuk lebih memperdalam pemahaman kita tentang teknik dan cara serta makna dari pemakaian tanda baca.
Oleh karena itu, Penulis akan menguraikan tentang teknik dan cara penempatan tanda baca yang tepat dalam makalah yang berjudul Pemakaian Tanda Baca. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang akan Penulis uraikan yaitu bagaimana teknik penempatan tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua ( : ), tanda hubung (-), tanda pisah (−), tanda ellipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ((…)), tanda kurung siku ([…]), tanda petik (“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrof (`).
C. Tujuan Masalah
Sesuai dengan Rumusan Masalah yaitu bertujuan untuk mengetahui tentang teknik penempatan tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua ( : ), tanda hubung (-), tanda pisah (−), tanda ellipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ((…)), tanda kurung siku ([…]), tanda petik (“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrof (`).
BAB II
PEMBAHASAN
PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh : Ayaku tinggal disolo.
Biarlah mereka duduk di sana
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Contoh : a. III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilstrasi
1. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Contoh : pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
2. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh : Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden : Balai Pustaka
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh : Desa itu berpenduduk 24.200 orang
4. Tanda titik dipakai untuk meisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh : Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
5. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, table dan sebagainya.
Contoh : Acara Kunjungan Adam Malik
6. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Contoh : Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth.Sdr.Moh.Hasan(tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Atau :
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini (tanpa titik)
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Satu, dua, …tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisakan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya : Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat.Termasuk didalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya: …Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
…Jadi,soalnya tidak semudh itu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya : O, begitu?
Wah, bukan main!
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya : Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya : Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta : PT Pustaka Rakjat.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya : W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm.4.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga atau marga.
Misalnya : B. Ratulangi, S.E.
Ny.Khadijah, M.A.
11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya : Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang . makan sirih
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:
- Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
12. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya : “ Di mana Saudara tinggal?” tanya karim.
“ Berdiri lurus-lurus!” perntahnya.
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya : Malam makin larut ; pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat kalimat kalimt majemuk.
Misalnya : Ayah mengurus tanamannya di kebun itu ; Ibu sibuk bekerja di dapur ; Adik menghafal nama-nama pahlawan nasional ; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dapat dipakai pda akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya : Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja dan lemari.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya : Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya :
a. Ketua : Ahmad Wijaya b. Tempat siding : Ruang 104
Sekretaris : S. Handayani Pengantar Acara : Bambang S.
Bendahara : B. Hartawan Waktu : 09.30
4. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan .
Misalnya : ani : kamu sudah mandi khan ?
ita : sudah. Kamu sendiri sudah apa belum?
5. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya : Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya : Di samping cara-cara lama itu ada ju-
ga cara yang baru
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya : Kini ada cara yang baru untuk meng-
Ukur panas.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya : Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang yang di eja satu-satu dan bagian-bagian tanggal
Misalnya : p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas ( i ) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan ( ii ) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya: ber-efolusi, dua puluh lima-ribuan ( 20x5000 ), tanggung jawab-dan kesetia kawanan-sosial
6. Tanda hubug dipakai untuk merangkaikan ( i ) se-dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf capital, ( ii ) ke-dengan angka, ( iii ) angka dengan-an, (iv) singkatan berhuruf capital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya : se-indonesia, se-jawa barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X; Mentri-Sekretaris Negara.
7. Tanda hubung dipakai untuk merangakaikan unsure bahasa Indonesia dengan unsure bahasa asing.
Misalnya : di-smash, pen-tackle-an
F. Tanda Pisah (−)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan diluar bangun kalimat.
Misalnya : kemerdekaan bangsa itu –saya yakin akan tercapai –diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehinggga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian temuan ini-evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom-telah mengubah konsepsi kita tentanng alam semesta .
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai ke’atau sampai dengan’.
Misalnya: 1910-1945
Tanggal 5-10 April 1970
Jakarta –Bandung
G. Tanda Elipsis (…)
1. Tanda Elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya : Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak
2. Tanda ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya : Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Catatan : jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik ; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya : Dalam tulisan,tanda baca harus di gunakan dengan hati-hati…
H. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya.
Misalnya : Kapan ia berangkat ?
2. Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya : Ia dilahirkan pada tahun 1689 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
I. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungnkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidak percayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya : Alangkah seramnya peristiwa itu!
J. Tanda Kurung ( (…) )
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya : Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya : Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya didalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya : Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).
4. Tanda kuruing mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya : Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
K. Tanda kurung siku ( […] )
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagi koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalamnaskah asli
misalnya : Sang surya men[ d] engar bunyi gemerisik
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
misalnya : Peersamaan kedua proses ini (perbedaannya dibcarakan di dalam bab II [lihat halam 34 – 46] ) perlu dibentangkan disini.
L. Tanda petik (“…”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya : “ Saya belu siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya : Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “ coba dan ralat “ saja.
Ia bercelana panjang yang dikalangan remaja dikenal dengan nama “ cutbrai “
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya : Kata Tono, “ Saya juga minta satu.”
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya : Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “ Si Hitam”.
Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan :
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
M. Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya : Tanya Basri,” Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“ Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku,’ibu, Bapak pulang’.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya : feed-back ‘balikan’
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin.
Misalnya : No. 7/pk/1973
Jalan Kramat III/10
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya : Dikirim lewat darat/laut
Harganya Rp25,00/lembar
O. Tanda penyingkat atau Apostrof (`)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya : Ali` kan kusurati. (`kan = akan )
Malam `lah tiba. (`lah = telah)
1 Januari `88 (`88 = 1988)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar